NTB memiliki unit pengelolaan sampah organik dengan menggunakan Teknologi Biokonversi atau dikenal dengan sebutan Black Soldier Flies (BSF), yang merupakan hasil kerjasama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan Kementerian Kehutanan Korea Selatan, di Lingsar, Lombok Barat.
BSF tersebut diresmikan oleh Sekretaris Daerah Ir. H. Rosiady H Sayuti,M.Sc,Ph.D, disaksikan oleh Direktur General Internasional Affair KFS KO Ki Yeon, serta para aktivis Forest for Life Indonesia dan para “pahlawan sampah”, Senin (9/7). Acara ini disaksikan juga oleh berbagai perwakilan instansi lintas sektor se- NTB dan awak media.
“Pengolahan sampah organik dengan menggunakan Biokonvensi ini nantinya tidak hanya dilaksanakan di Lingsar saja, melainkan di seluruh tempat wisata yang ada di NTB. Tentu ini sangat membantu provinsi NTB dalam menyelesaikan masalah sampah. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementrian Kehutanan Korea. Kamsamida!” jelas Sekda sekaligus membuka acara peresmian.
Proses pengolahan sampah organik dengan menggunakan tehnologi biokonversi sendiri merupakan tekhnologi yang memanfaatkan pelahap larva dari lalat Hermetia illucens (dikenal dengan sebutan Black Soldier Flies atau BSF).
Larva BSF mampu menguraikan nutrisi kompleks dalam sampah makanan dengan cepat. Pada prosesnya, tumpukan sampah organik dapat berkurang sebanyak 80% selama 24 jam.
“Semoga pengolahan sampah dengan tehnologi biokonversi ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik,” seru Menteri Kehutanan Korea.
Seperti pada mahkluk hidup lainnya, larva BSF akan menghasilkan kotoran yang dapat menjadi kompos dan atau pupuk cair berkualitas tinggi. Dalam peresmiannya sendiri di NTB, larva BSF juga bisa digunakan sebagai pakan ayam untuk ayam yang lebih sehat untuk dikonsumsi. – ntbprov.go.id